Minggu, 15 Februari 2009

DASAR GIZI

MAKALAH

GIZI DAN MASA DEPAN BANGSA



Di Susun oleh :

LUSY FEFRIDA

08329226

IKM,MRS

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA

2009



PENDAHULUAN

Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifaktor, oleh karena itu pendekatan penanggulangannya harus melibatkan berbagai sektor yang terkait.
Masalah gizi, meskipun sering berkaitan dengan masalah kekurangan pangan, pemecahannya tidak selalu berupa peningkatan produksi dan pengadaan pangan. Pada kasus tertentu, seperti dalam keadaan krisis (bencana kekeringan, perang, kekacauan sosial, krisis ekonomi), masalah gizi muncul akibat masalah ketahanan pangan di tingkat rumah tangga, yaitu kemampuan rumah tangga memperoleh makanan untuk semua anggotanya. Menyadari hal itu, peningkatan status gizi masyarakat memerlukan kebijakan yang menjamin setiap anggota masyarakat untuk memperoleh makanan yang cukup jumlah dan mutunya. Dalam konteks itu masalah gizi tidak lagi semata-mata masalah kesehatan tetapi juga masalah kemiskinan, pemerataan, dan masalah kesempatan kerja.

Masalah gizi di Indonesia dan di negara berkembang pada umumnya masih didominasi oleh masalah Kurang Energi Protein (KEP), masalah Anemia Besi, masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), masalah Kurang Vitamin A (KVA) dan masalah obesitas terutama di kota-kota besar. Pada Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi tahun 1993, telah terungkap bahwa Indonesia mengalami masalah gizi £inda yang artinya sementara masalah gizi kurang belum dapat diatasi secara menyeluruh, udah muncul masalah baru, yaitu berupa gizi lebih.

Di samping masalah tersebut di atas, diduga ada masalah gizi mikro lainnya sepeni defisiensi Zink yang sampai saat ini belum terungkapkan, karena adanya keterbatasan Iptek Gizi, Secara umum masalah gizi di Indonesia, terutama KEP, masih lebih tinggi daripada negara ASEAN lainnya. Pada tahun 1995 sekitar 35,4% anak balita di Indo­nesia menderita KEP (persen median berat menurut umur 80%).

LATAR BELAKANG

Sehat adalah hak. Itu artinya pemerintah punya kewajiban yang tidak bisa ditawar untuk memenuhi dan melindungi hak-hak kesehatan warga negaranya termasuk di dalamnya hak para ibu, bayi baru lahir dan anak.

Berbicara tentang memperbaiki kualitas sumber daya manusia melalui peningkatan taraf hidup anak-anak, mau tidak mau kita harus juga berbicara tentang kesehatan si Ibu. Ibu yang sehat, cukup gizi, terjaga secara emosional akan melahirkan anak-anak yang juga sehat, cerdas dan memiliki perkembangan emosional yang baik. Dengan kehadiran seorang ibu setelah proses kelahiran, bayi-bayi yang dilahirkan memiliki kesempatan bertahan hidup yang lebih tinggi. Hal ini tidak saja terkait dengan fungsi perawatan yang diberikan oleh ibu tetapi juga terkait dengan fungsi memberi air susu (menyusui) yang secara spesifik hanya dimiliki oleh kaum ibu. Fungsi ini tidak akan pernah bisa tergantikan bahkan oleh kehadiran susu-susu formulasi yang banyak ditemui di pasaran.

PERMASALAHAN

Sebuah data menyebutkan lebih dari separuh kematian balita di Indonesia disebabkan oleh kekurangan gizi (54% dari AKB), dan 10,783 % kematian bayi tersebut dapat dicegah dengan pemberian ASI segera (HSP News 5/9/2006). Persoalannya sekarang adalah untuk mendapatkan air susu yang berkualitas, maka seorang ibu membutuhkan makanan yang berkualitas pula. Sejauh manakah kesadaran ini telah terbangun dalam masyarakat? dan sejauh manapula komitmen para penyelenggara negara dalam menjamin kesehatan para ibu dan balita ini ?

PEMBAHASAN

Pembangunan sumber daya manusia (SDM) belum menunjukkan hasil menggembirakan. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) Indonesia menempati urutan ke-112 dari 174 negara (UNDP, 2003). Pada tahun 2004, IPM Indonesia menempati peringkat 111 dari 177 negara (UNDP, 2004). Peringkat ini
lebih rendah dibandingkan peringkat IPM negara-negara tetangga.

Rendahnya IPM ini tak luput dari faktor rendahnya status gizi dan kesehatan penduduk Indonesia. Itu dapat ditunjukkan dengan masih tingginya angka kematian bayi yang mencapai 35 per seribu kelahiran hidup; angka kematian balita, 58 per seribu; serta angka kematian ibu, 307 per seratus ribu kelahiran hidup (UNDP, 2001). Lebih dari separuh kematian bayi, balita, dan ibu ini berkaitan dengan buruknya status gizi.

Badai krisis ekonomi yang menerpa Indonesia sejak tahun 1997 telah menjadikan asupan zat gizi ibu hamil, khususnya dari masyarakat kurang mampu, menurun signifikan dan menjadikan mereka mengalami kurang energi kronis (KEK). Tingginya angka kurang gizi pada ibu hamil ini mempunyai kontribusi terhadap tingginya angka berat badan lahir rendah (BBLR) di Indonesia yang diperkirakan mencapai 350 ribu bayi setiap tahunnya (Depkes, 2004). Padahal bayi-bayi BBLR umumnya akan mengalami kehidupan masa depan yang kurang baik. Mereka mempunyai risiko lebih tinggi meninggal dalam lima tahun pertama kehidupan. Mereka yang dapat bertahan hidup dalam lima tahun pertama pun masih dihadapkan dengan risiko lebih tinggi dalam kehidupan jangka panjangnya.

Masa balita penting karena merupakan masa kritis dalam upaya menciptakan SDM berkualitas. Enam bulan terakhir masa kehamilan hingga dua tahun pertama pasca-kelahiran merupakan masa emas di mana sel-sel otak sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Gagal tumbuh yang terjadi akibat kurang gizi pada masa-masa emas ini akan berakibat buruk pada kehidupan berikutnya yang sulit diperbaiki.

Anak yang menderita kurang gizi (stunted) berat mempunyai rata-rata IQ 11 poin lebih rendah dibandingkan rata-rata anak-anak yang tidak stunted (UNICEF, 1998). Akibat lanjutan tingginya angka BBLR dan kurang gizi pada masa balita serta tidak adanya pencapaian perbaikan pertumbuhan (catch-up growth) yang sempurna pada masa berikutnya, adalah banyaknya anak usia sekolah yang kurang gizi. Lebih dari sepertiga (36,1 persen) anak usia sekolah di Indonesia tergolong pendek ketika memasuki usia sekolah yang merupakan indikator adanya kurang gizi kronis.

Menengok kebijakan Anggaran biaya bidang kesehatan di Indonesia paling rendah dibanding negara-negara tetangga. Anggaran kesehatan kita kurang dari separuh anggaran Malaysia, dan kurang lebih hanya sepertiga anggaran kesehatan Thailand dan Filipina. Kondisi ini menjadi lebih berat dengan maraknya berbagai masalah gizi buruk belakangan ini.

Terbatasnya sumberdaya dan kemampuan pemerintah menyediakan anggaran di saat beban pembangunan kesehatan meningkat, maka kebijakan yang berimbang dan simultan merupakan pendekatan yang sensibel untuk perencanaan kebijakan kesehatan masyarakat di Indonesia. Yaitu antara upaya-upaya kesehatan promotif dan preventif di satu sisi, dan upaya-upaya kesehatan kuratif/rehabilitatif di sisi lain. Ironisnya, selama ini perhatian terhadap upaya-upaya kesehatan promotif dan preventif sangat kecil dibandingkan perhatian pada upaya-upaya kuratif-rehabilitatif. Paling tidak, hal ini dapat dilihat dari rendahnya anggaran yang dialokasikan untuk upaya-upaya promotif-preventif ini, yang tidak mencapai 10 persen dari total anggaran kesehatan.

Tingginya kejadian luar biasa (KLB)-baik untuk penyakit menular seperti demam berdarah, malaria, maupun gizi buruk-akhir-akhir ini, merupakan dampak dari kebijakan pembangunan kesehatan yang bersifat responsif dan cenderung 'kagetan'. Bukan kebijakan kesehatan yang antisipatif serta dirumuskan dengan cara yang lebih sistematis berdasarkan fakta di lapangan (evidence based). Pembangunan yang bersifat non-fisik dan tidak dapat dilihat hasilnya dalam waktu dekat seperti pembangunan kesehatan umumnya, kurang mendapat perhatian. Di samping itu, sering alokasi anggaran kesehatan tidak memihak kepentingan rakyat banyak. Anggaran lebih dominan untuk keperluan sekelompok penduduk perkotaan, atau mungkin hanya menguntungkan penentu kebijakan saja.

Akibat masalah gizi kronis, lebih dari sepertiga anak Indonesia tergolong pendek ketika memasuki usia sekolah. IQ anak kurang gizi rata-rata lebih rendah 11 poin dibanding yang tidak kurang gizi.

Masa Depan Anak Kurang Gizi, Masa Depan Kita

Jika seorang ibu dipaksa mengabaikan tangisan anaknya yang lapar. Jika seorang ibu dipaksa jadi biasa menyaksikan sang bayi kehilangan seri di wajahnya, lalu tubuhnya kering mengurus dan perutnya menggembung hingga bocah yang mestinya lucu menggemaskan itu tinggal tanpa daya, alangkah menyakitkan

Kekurangan gizi mengakibatkan otak anak-anak ini tidak berkembang, bahkan cacat dan tak akan pernah bisa dipulihkan. Setiap kali seorang anak mengalami penderitaan demikian, hak asasi manusia telah direnggut dan dicampakkan, karena menjadi sehat adalah hak asasi.

Menurut data Susenas 2003 yang diolah Departemen Kesehatan, dari sekitar 18 juta anak usia di bawah lima tahun, 28 persen atau sekitar lima juta anak di negeri ini berstatus kurang gizi. Dari sejumlah anak berstatus gizi kurang itu diperhitungkan 116.000 anak membutuhkan pertolongan medis sekadar untuk mencegah mereka tidak meninggal, meskipun telanjur cacat, karena kondisi gizi buruk tingkat berat seperti marasmus, kwashiorkor, atau bentuk kombinasi marasmus-kwashiorkor.

Kekurangan gizi juga melemahkan daya tahan anak-anak itu terhadap wabah penyakit-penyakit infeksi yang belum tertanggulangi di negeri ini. Secara timbal balik, penyakit juga menghilangkan kemampuan anak-anak menyerap gizi dengan baik.

Masalahnya bangsa ini memiliki ingatan amat pendek. Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi sebagai alat manajemen informasi pengelolaan program pangan dan gizi di daerah yang melibatkan berbagai instansi lintas. Kerawanan pangan dan kekurangan gizi seakan-akan dipandang sebagai masalah rumah tangga, dilepaskan dari konteks kondisi struktural yang mengakibatkan pemiskinan. Jika di suatu kabupaten berpenduduk satu juta keluarga, pelayanan kesehatan dasar tidak mungkin diberikan oleh petugas medis dari Dinas Kesehatan di kabupaten yang total jumlahnya mungkin tak lebih dari 300 orang. Kesehatan masyarakat tidak akan dapat dicapai tanpa keterlibatan masyarakat dalam upaya pembinaan kesehatan masyarakat.

Pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) yang melakukan pembinaan kesehatan di wilayahnya bisa dipandang sebagai komponen penting dalam infrastruktur pelayanan dasar kesehatan tersebut. Masa depan anak-anak adalah masa depan bangsa ini, adalah tanggung jawab kita.

Pemenuhan Kebutuhan Gizi dan Masa Depan Bangsa

Asupan gizi bagi manusia merupakan sesuatu yang sangat penting untuk dipenuhi. Hal ini perlu mendapatkan perhatian mengingat selama ini tampaknya kecukupan bahan pangan hanya menjadi tugas individu-individu dari para orang tua. Sama sekali belum terlihat adanya kebijakan pemerintah yang serius untuk menangani persoalan gizi secara nasional. Kesenjangan ekonomi adalah pemicu utama dari ketidaktercukupan gizi masyarakat. semakin banyak rakyat miskin akan memperbanyak jumlah penduduk yang kekurangan gizi. Asupan gizi, terutama pada usia balita, menjadi bagian penting dalam pembangunan kualitas sumber daya manusia. Sehingga untuk pembangunan manusia cerdas dimulai dari hasil pembuahan. Sejak saat itulah individu memerlukan asupan gizi yang lebih.

Dalam teori tabularasa dikatakan pertumbuhan manusia dipengaruhi faktor bawaan (paham naturalisme) dan faktor lingkungan (paham empirisme). Dengan demikian, sungguhpun individu dilahirkan dari keturunan yang ber-IQ superior tetapi jika tidak diiringi dengan gizi yang cukup, maka tidak akan menghasilkan individu yang cerdas. Hal inilah yang menjadi dasar betapa pentingnya pemenuhan gizi bagi manusia calon penerus bangsa.

Pemenuhan Gizi bagi Warga Miskin

Instansi terkait semestinya tetap mengedepankan pemenuhan gizi bagi warga miskin yang mempunyai balita. Hal ini dilakukan dengan pendataan pada pos pelayanan terpadu atau pada puskesmas terdekat. Tanggung jawab yang sama juga ada di pundak orang tua, sebagai kepala keluarga. Mereka harus dengan optimal memperhatikan kualitas asupan gizi anak-anaknya. Jadi, jangan hanya berharap dari pemerintah. Kecukupan asupan gizi bagi usia balita sangat berkontribusi positif bagi dunia pendidikan. Pendidikan yang dinyatakan sebagai lokomotif pembangunan sangat bergantung sepenuhnya dengan kualitas in-putnya. Jika in-put pendidikan adalah SDM yang sangat rendah, maka akan sangat sukar pula untuk memperbaiki kualitas SDM-nya. Dengan demikian, sektor pendidikan sangat berharap agar kualitas in-put pendidikan adalah mereka yang merupakan bahan baku yang siap untuk dijadikan pimpinan dan pioner pada masa depan bangsa.

Dengan in-put yang baik atau bahkan dengan IQ di atas rata-rata, maka akan sangat mudah untuk mempersembahkan generasi penerus yang terbaik bagi bangsa ini. Sehingga pendidikan akan mampu memberikan yang terbaik.

Pedoman Umum Gizi Seimbang

Berikut adalah beberapa dasar gizi seimbang :

1. Makanlah beraneka ragam makanan

Makan beraneka ragam makanan dapat lebih mencukupi kebutuhan gizi seseorang yaitu kebutuhan lengkap akan karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral. Berbagai jenis bahan makanan mempunyai masing-masing kandungan gizinya dengan kata lain mempunyai kelebihan dan kekurangan atas zat gizi tertentu. Misalnya beberapa makanan mengandung tinggi karbohidrat tetapi kurang vitamin dan mineral. Sedangkan beberapa makanan lain kaya vitamin tetapi miskin karbohidrat. Jadi, untuk mencapai masukan zat gizi yang seimbang tidak mungkin dipenuhi hanyaoleh satu jenis bahan makanan, melainkan harus terdiri dari aneka ragam bahan makanan. Masing-masing bahan makanan akan saling memenuhi kebutuhan akan zat gizi.

2. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi.

Seseorang dapat menjalankan aktivitasnya seperti bekerja, belajar, berpikir atau pun berolahraga karena mempunyai energi. Energi ini didapatkan dari makanan khususnya dari karbohidrat, protein dan lemak. Jumlah makanan yang dimakan haruslah cukup. Jika berlebihan akan menambah berat badan sehingga meningkatkan resiko penyakit jantung, stroke dan lainnya. Jika kurangseseorang akan kekurangan energi sehingga menjadi lemas atau kurang bersemangat dan dapat menurunkan produkivitas kerja.

3. Makanlah sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi.

Makanan sumber karbohidrat ini terdapat dalam bahan makanan pokok yang merupakan porsi yang paling besar dalam hidangan sebaiknya tidak lebih dari setengah kebutuhan. Setengah yang lainnya akan dipenuhi oleh bahan makanan lain yaitu protein dan lemak. Misalnya jika seseorang kekenyangan makan ubi akan melupakan makanan lain yang menjadi sumber protein dan lemak.

4. Batasi konsumsi lemak dan minyak seperempat dari kebutuhan energi.

Lemak dan minyak yang terdapat di dalam makanan berguna untuk meningkatkan jumlah energi, membantu penyerapan vitamin-vitamin A, D, E, dan K, serta menambah lezatnya hidangan. Konsumsi lemak dan minyak dalam makanan sehari-hari sebaiknya 15 – 25 % dari kebutuhan energi. Potensi lemak dan minyak sebagai sumber energi terhitung lebih tinggi daripada karbohidrat dan protein. Tiap gram lemak menghasilkan 9 kilokalori, sedangkan karbohidrat dan protein hanya 4 kilokalori.

5. Gunakan garam beryodium.

Sesuai Keppres No. 69 tahun 1994, semua garam yang beredar di Indonesia harus mengandung yodium. Kebijaksanaan ini berkaitan erat dengan masih tingginya kejadian gangguan kesehatan akibat kekurangan yodium (GAKY) di Indonesia. Garam beryodium adalah garam natrium yang telah diperkaya dengan KIO 3 (kalium iodat) sebanyak 30-80 ppm.

6. Makanlah makanan sumber zat besi.

Zat besi (Fe) merupakan salah satu unsur pembentuk dari sel darah merah (eritrosit) yang bertanggungjawab transpor oksigen dan karbondioksida. Kekurangan zat besi menimbulkan masalah anemia gizi besi atau di masyarakat dikenal dengan penyakit kurang darah. Sumber utama Fe adalah bahan pangan hewani dan kacang-kacangan serta sayuran berwarna hijau tua. Kesulitan utama untuk memenuhi kebutuhan Fe adalah rendahnya tingkat penyerapan Fe di dalam tubuh, terutama sumber Fe nabati yang hanya diserap 1-2%. Sedangkan tingkat penyerapan Fe makanan asal hewani dapat mencapai 10-20%. Ini berarti bahwa Fe pangan asal hewani (heme) lebih mudah diserap daripada Fe pangan asal nabati (non heme).

7. Berikan Air Susu Ibu (ASI) saja (ASI Eksklusif) sampai bayi umur 6 bulan.

ASI adalah makanan terbaik untuk bayi. Tidak ada seseorang pun yang dapat membuat makanan atau minuman sebaik ASI untuk bayi. Komposisi gizi dalam ASI sangat lengkap dan dapat memenuhi kebutuhan bayi untuk tumbuh sehat. Selain itu efek psikologis yang ditimbulkan baik terhadap bayi maupun ibunya. Kolostrum yang terdapat pada awal setelah ibu melahirkan meskipun hanya dalam jumlah sedikit mengandung zat kekebalan dan vitamin A tinggi harus segera diberikan pada bayi. Untuk mendapatkan manfaat yang maksimal dari ASI, maka ASI harus diberikan kepada bayi segera setelah dilahirkan (dalam waktu 30 menit setelah lahir). Disamping itu daya isap bayi pada saat itu paling kuat dapat merangsang produksi ASI selanjutnya.

8. Biasakan makan pagi.

Sarapan atau makan pagi sangat penting untuk menunjang aktivitas sehari-hari. Makan pagi dapat mendukung produktivitas kerja karena meningkatkan daya tahan kerja. Bagi anak sekolah makan pagi penting untuk meningkatkan konsentrasi dalam belajar sehingga lebih mudah untuk menerima pelajaran. Kebiasaan makan pagi juga membantu seseorang untuk memenuhi kecukupan gizinya sehari-hari. Kebiasaan seseorang menghindari makan pagi dengan tujuan untuk menurunkan berat badan merupakan kekeliruan yang dapat mengganggu kondisi kesehatan misalnya berupa gangguan pada saluran pencernaan sepeti sakit maag.

9. Minumlah air bersih dan aman yang cukup.

Air yang bersih dan aman harus direbus sampai mendidih terlebih dahulu supaya kuman mati. Untuk memenuhi kebutuhan air dikonsumsi sekurang-kurangnya 2 liter atau setara dengan 8 gelas sehari. Minum air yang cukup dapat menurunkan resiko penyakit ginjal dan saluran kencing.

10. Lakukan aktivitas fisik dan olehraga secara teratur.

Kebugaran fisik akan mudah dicapai jika seseorang berolahraga atau melakukan aktivitas fisik secara teratur. Seseorang dapat melakukan aktivitas fisik tanpa kelelahan yang berarti. Olahraga teratur juga dapat menjaga kelebihan berat badan serta meningkatkan fungsi jantung, paru dan otot. Disamping itu olahraga juga dapat memperlambat proses penuaan.

12. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan.

Makanan harus bergizi lengkap dan juga harus layak dikonsumsi sehingga aman bagi kesehatan. Makanan yang aman adalah makanan yang bebas dari kuman dan bahan kimia berbahaya serta tidak bertentangan dengan keyakinan masyarakat atau dengan kata lain halal.

Banyak kasus gizi buruk yang tidak terekspos media. Semua itu merupakan lembaran hitam bagi pembangunan kualitas SDM. Bagaimana mungkin bangsa ini akan handal di masa mendatang kalau generasi mudanya, terutama anak-anak dan balita kekurangan gizi. Sehingga pembangunan bangsa ke depan tidak cukup dengan upaya perbaikan kualitas pendidikan. Gizi juga merupakan salah satu faktor yang vital untuk mengangkat harkat dan martabat bangsa Indonesia.

Undang-undang Dasar 1945 pasal 28h ayat (1) telah menjamin bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Kemudian UU No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dalam pasal 4, pasal 6, pasal 7, pasal 8 dan pasal 9 juga telah mengatur hak masyarakat dalam memperoleh derajat kesehatan yang optimal dan tugas serta tanggung jawab pemerintah dalam menyelenggarakan dan dalam meningkatkan derajat kesehatan.


KESIMPULAN

Pencukupan asupan gizi harus menjadi kepedulian bersama bagi masyarakat indonesia, semua itu dilakukan dan ditujukan untuk kesejahteraan rakyat. Hal yang paling penting adalah menanamkan pola pemberian gizi yang seimbang kepada masyarkat terlebih utama kepada tunas bangsa.

DAFTAR PUSTAKA

http://sanggar.wordpress.com/2008/03/03/kibbla-investasi-otak-untuk-masa-depan-bangsa/

http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0506/04/Fokus/1793661.htm

http://statusgizi.blogspot.com/2009/01/konsep-dasar-masalah-gizi.html

Anonim. 1995. Panduan 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang. Departemen Kesehatan RI. Direktora Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Departemen Kesehatan. Jakarta.

Kodyat,B. 1995. Gizi Seimbang untuk Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit. Departemen Kesehatan. Jakarta.

MANAJEMEN RUMAH SAKIT

Konsep Dasar Manajemen

  1. Manajemen adalah proses merencana, mengorganisasi, mengarah-kan, mengoordinasikan serta mengawasi kegiatan mencapai secara efisien dan efektif tujuan organisasi.

  2. Proses manajemen dilakukan oleh manajemen bawah, menengah dan puncak.

  3. Manajemen dalam pengertian orang menjalankan peranan melakukan hubungan pribadi, pemberi informasi dan pengambil keputusan.

  4. Manajemen harus berketerampilan konseptual, manusiawi, dan teknis.


Konsep Manajemen Masa Depan

  1. Manajemen masa depan bertujuan meningkatkan ROI, produktivitas dan kualitas hidup manusia.

  2. Manajemen masa depan mendasarkan tindakannya pada aspek kuantitatif dan perilaku manusia.

  3. Manajemen masa depan akan menghadapi isu inflasi, sumber daya yang makin langka, nilai sosial budaya masyarakat, teknologi, hubungan karyawan dan manajemen, etika dan tanggung jawab sosial, konflik-konflik dan globalisasi.

  4. Manajemen masa depan akan menghadapi masalah yang datang dari sektor industri dengan jasa dan untuk itu perlu informasi yang dicari dengan sistem informasi manajemen yang baik.

Batasan Perencanaan
  1. Perencanaan dan rencana bermanfaat bagi manajemen.

  2. Bagaimanapun juga perencanaan itu mungkin didasarkan prakiraan yang tak handal, masalah yang sama tak akan berulang kembali, cenderung kaku, mahal, dan perlu waktu.


Fungsi dalam Organisasi

  1. Organisasi atau badan usaha dijalankan dengan berdasarkan fungsi. Dengan semakin kompleksnya organisasi maka pencapaian tujuan harus dilaksanakan oleh fungsi yang dipecah. Diferensiasi fungsional ke bawah menunjang usaha ini. Proses ini dikenal dengan nama fungsi garis.

  2. Dengan makin berkembangnya perusahaan, kekompleksan fungsi yang perlu untuk melaksanakan tugas berkembang lebih cepat sehingga manajemen perlu bantuan melalui spesialisasi fungsi yang disebut staf. Penciptaan fungsi staf atau fungsi sekunder ini dengan mendiferensiasikan kegiatan ke luar dari rantai komando. Fungsi staf membantu dan memperlancar kerja fungsi garis.

  3. Agar fungsi staf bermanfaat, harus jelas fungsinya, dibatasi jumlahnya, tugas pimpinan memang meningkat, staf diberi informasi yang diperlukan, diminta membuat, dan didorong berinisiatif.

  4. Wewenang fungsional adalah izin menyiapkan dan mengharuskan perintah bertalian dengan aspek tertentu, inisiatif datang dari pimpinan sendiri dan wewenang ini mempercepat pelaksanaan tugas.


Pengarahan

  1. Pengarahan merupakan langkah penting antara persiapan dan kegiatan operasi; pengarahan merupakan pemberian perintah, menunjukkan pada bawahan apa yang harus dikerjakan.

  2. Karakteristik perintah ialah (a) agar dituruti maka perintah harus beralasan, (b) perintah harus lengkap tentang apa yang harus dikerjakan dan kapan, (c) perintah harus jelas bagi mereka yang akan mengerjakannya.

  3. Perintah tertulis perlu apabila, meliputi banyak orang, pelaksana-annya memakan waktu, masalahnya kompleks dan rinci, dan perlu pengawasan tentang pelaksanaan atau perlu diakhiri kalau tak dibutuhkan lagi.

  4. Proses pengarahan dapat disederhanakan dengan adanya praktik standar dan indoktrinasi.

  5. Pengarahan konsultatif ideal, namun perlu dijaga dampak negatifnya.

Pengkoordinasian

  1. Koordinasi diperlukan agar segala kegiatan sinkron terpadu tertuju pada pencapaian tujuan bersama.

  2. Koordinasi didapat dengan menyederhanakan organisasi, strategi-kebijaksanaan-program yang harmonis, metode komunikasi yang baik, koordinasi sukarela dan supervisi.

  3. Koordinasi dapat dilakukan secara vertikal maupun horizontal di dalam organisasi yang formal dan yang informal.